Indo Rama ini mungkin salah satu emiten yang "terlihat" sangat potensial bagi para value investor dikarenakan PBVnya yang sangat kecil. Saat ini rata-rata harga INDR ini ada di kisaran 3600-3700, dan dengan harga segitu PBV INDR ini masih sekitaran 0,5-0,6 padahal INDR ini sudah naik banyak dari awal mei, tidak lama setelah perusahaan ini merilis Laporan Keuangan (LK) Q1 nya, sahamnya langsung loncat dari 1000an hingga 3000an seperti sekarang.
Yang membuat INDR terlihat sangat menarik adalah, pada LK Q1 2018 nya perusahaan mencantumkan laba tahun berjalan sebesar $13,2 juta, tumbuh 760% dibandingkan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya dimana laba perusahaan hanya $1,5 juta. Pertumbuhan yang sangat luar biasa tentunya, karena apabila perusahaan membukukan laba yang anggaplah sama besarannya tiap kuartal hingga akhir tahun nanti, maka INDR akan mampu mencetak ROE sebesar 16-18%. Dan dengan PBVnya yang tadi dibawah 0,5, INDR ini terlihat sangat menggiurkan, sehingga menyebabkan para investor berbondong-bondong memburu saham INDR ini.
Saya pribadi pun sempat tergiur dengan fundamental INDR yang sejak 2018 ini tampak sangat bagus. Tapi apabila kita telisik lebih jauh di laporan laba-rugi perusahaan, laba operasi INDR ini sebenarnya hanya tumbuh 28%. Walaupun terbilang cukup lumayan, tapi tetap belum sebanding dengan pertumbuhan laba bersihnya yang mencapai 760% tadi. Jadi akun apa yang menyebabkan INDR ini tumbuh drastis labanya? Mari kita simak laporan laba rugi INDR berikut.
Perhatikan akun yang di dalam kotak merah. Dalam laporan laba rugi Q1 2018 terdapat akun Bagian rugi bersih entitas asosiasi dan Beban Keuangan yang angkanya berubah drastis dibandingkan Q1 2017. Bagian rugi bersih entitas asosiasi yang sebelumnya -$2,7 juta, ruginya berkurang drastis menjadi hanya setengahnya yaitu $1,2 juta. Dan beban keuangan yang sebelumnya mencapai $2,4 juta berkurang menjadi hanya $351 ribu. Kedua akun inilah yang akhirnya menyebabkan laba bersih INDR jadi melonjak naik, apabila sebelumnya kedua akun ini membebani laba INDR hingga $5 juta, maka per kuartal 1 2018 ini kedua akun ini hanya membebani laba INDR sebesar $1,5 juta.
Jadi apakah dengan hal ini berarti fundamental INDR ke depan akan tetap sebagus laporan keuangan kuartal 1 nya? Well, untuk akun Bagian rugi bersih entitas asosiasi mungkin saja tidak akan rugi sebesar tahun lalu karena INDR sendiri mengakui bahwa kedua entitas asosiasinya mulai menunjukkan perbaikan kinerja, alias ruginya mulai gak gede-gede amat. Di LKnya, INDR memiliki investasi di dua perusahaan yaitu PT. Indorama Petrochemicals (PTIP) dan PT. Karya Mitra Indorama (KMI) dimana INDR bukan merupakan perusahaan pengendali di kedua perusahaan sehingga kedua perusahaan ini dari aspek akuntansi belum bisa disebut sebagai entitas anak dari INDR. PTIP dimiliki oleh INDR sejak 2011 dan sudah mulai beroperasi sejak saat itu sedangkan KMI yang bergerak di bidang kesehatan belum beroperasi sehingga belum memberikan laba bagi perusahaan.
Oke, anggaplah kedua entitas ini rugi bersihnya stabil tiap kuartal dan hingga akhir tahun nanti INDR mampu menekan rugi bersihnya hingga $5 juta (walaupun tampaknya agak mustahil karena tahun lalu saja rugi dari akun ini mencapai $17 juta), lalu bagaimana dengan Beban Keuangan perusahaan?
Nah inilah yang tampaknya harus kita waspadai. Beban keuangan pada intinya merupakan beban bunga dari pinjaman-pinjaman perusahaan, baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Masalahnya adalah, untuk Q1 2018 ini INDR hanya mencatatkan bunga pinjaman $351 ribu, dibandingkan tahun lalu yang mencapai $2,4 juta, sedangkan jumlah utang INDR sendiri pada 2018 ini meningkat drastis, dan parahnya bunga utang yang didapat semakin tinggi. Tahun ini INDR mencatatkan utang bank jangka pendek sebesar $42 juta, naik drastis dari akhir 2017 yang hanya $32 juta. Kita tidak perlu mengkhawatirkan utang jangka panjang INDR karena memang turun lumayan dari $225 juta menjadi $206 juta.
Dan seperti yang saya sebutkan tadi, bunga utang yang diperoleh lebih besar dibandingkan tahun lalu dimana tahun ini bunganya berkisar antara 2,33%-5,13% per tahun sedangkan tahun lalu hanya berkisar antara 1,7%-3,9%. Jadi sepertinya masih ada banyak bunga utang yang harus dibayarkan oleh perusahaan pada kuartal-kuartal berikutnya yang otomatis akan menggerus laba perusahaan. Dan karena hal seperti ini yang menyebabkan saya pribadi hilang selera untuk invest di INDR ini yang seolah-olah fundamental perusahaannya jadi tampak bagus sehingga bisa mengecoh para investor seandainya kita tidak meneliti lebih jauh.
Dan tampaknya untuk tahun 2018 ini laba INDR ini gak akan sebesar yang dibayangkan oleh para investor akibat laporan kuartal I nya yang luar biasa bagus. Ditambah lagi, apabila kita sempat membaca laporan tahunan tahun 2017, INDR sendiri hanya menargetkan laba bersih 2018 sebesar $15 juta, dan parahnya berdasarkan historis sebelumnya, target ini jarang sekali tercapai oleh manajemen. Dan anggaplah misalnya kita masih optimis INDR ini menjadi bagus dan target $15 juta tadi tercapai, tetap saja ROE perusahaan hanya 5%, dan di harganya yang sekarang sekitaran 3700an, maka harga ini sudah merupakan harga wajarnya INDR, jadi INDR harusnya gak akan naik lebih dari 4000 kedepannya. Dan apabila nanti justru malah naik, maka belum bisa dikatakan bahwa kenaikannya ditopang oleh fundamental perusahaan yang sebenarnya.
Jadi, sebaiknya kita mencari perusahaan undervalue lain dengan prospek cerah, lebih predictable dan lebih menarik dari INDR ini, dan masih ada banyak saham-saham berprospek lain yang nanti akan kita bahas. Saya pribadi sepertinya akan melepas INDR ini, karena kemaren sempat beli di harga sekitar 2900-3300, karena setelah membanding-bandingkan laporan keuangan perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya, INDR ini banyak terdapat akun-akun yang nilainya janggal karena berubah drastis pada setiap kuartalnya sehingga laba akhir tahun perusahaan tidak dapat diprediksi. Dimana biasanya pada awal-awal tahun hingga tengah tahun LK perusahaan tampak bagus, tapi pada kuartal berikutnya semakin jelek dan jelek. Ditambah lagi, walaupun telah membaca berkali-kali laporan keuangan, gugling kesana kemari, baca materi public expose dll, tetapi saya tetap entah mengapa tidak mengerti dengan bisnis yang mereka jalani, terutama keterkaitan bisnis INDR dengan anak perusahaan dan induknya. Terkesan belibet, dan hal ini menambah keraguan saya terhadap INDR ini, walaupun nanti justru harganya malah terbang (karena memang dari LK Q1 nya ini perusahaan sekilas terlihat sangat murah dan sangat bagus prospeknya), maka diperlukan kewaspadaan pada laporan keuangan INDR berikutnya. So, seandainya pada kuartal 2 nanti INDR ini masih sebagus seperti saat ini, maka INDR bisa menjadi pilihan saham undervalue dengan potensi besar kedepannya.
Saya pribadi pun sempat tergiur dengan fundamental INDR yang sejak 2018 ini tampak sangat bagus. Tapi apabila kita telisik lebih jauh di laporan laba-rugi perusahaan, laba operasi INDR ini sebenarnya hanya tumbuh 28%. Walaupun terbilang cukup lumayan, tapi tetap belum sebanding dengan pertumbuhan laba bersihnya yang mencapai 760% tadi. Jadi akun apa yang menyebabkan INDR ini tumbuh drastis labanya? Mari kita simak laporan laba rugi INDR berikut.
Jadi apakah dengan hal ini berarti fundamental INDR ke depan akan tetap sebagus laporan keuangan kuartal 1 nya? Well, untuk akun Bagian rugi bersih entitas asosiasi mungkin saja tidak akan rugi sebesar tahun lalu karena INDR sendiri mengakui bahwa kedua entitas asosiasinya mulai menunjukkan perbaikan kinerja, alias ruginya mulai gak gede-gede amat. Di LKnya, INDR memiliki investasi di dua perusahaan yaitu PT. Indorama Petrochemicals (PTIP) dan PT. Karya Mitra Indorama (KMI) dimana INDR bukan merupakan perusahaan pengendali di kedua perusahaan sehingga kedua perusahaan ini dari aspek akuntansi belum bisa disebut sebagai entitas anak dari INDR. PTIP dimiliki oleh INDR sejak 2011 dan sudah mulai beroperasi sejak saat itu sedangkan KMI yang bergerak di bidang kesehatan belum beroperasi sehingga belum memberikan laba bagi perusahaan.
Oke, anggaplah kedua entitas ini rugi bersihnya stabil tiap kuartal dan hingga akhir tahun nanti INDR mampu menekan rugi bersihnya hingga $5 juta (walaupun tampaknya agak mustahil karena tahun lalu saja rugi dari akun ini mencapai $17 juta), lalu bagaimana dengan Beban Keuangan perusahaan?
Nah inilah yang tampaknya harus kita waspadai. Beban keuangan pada intinya merupakan beban bunga dari pinjaman-pinjaman perusahaan, baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Masalahnya adalah, untuk Q1 2018 ini INDR hanya mencatatkan bunga pinjaman $351 ribu, dibandingkan tahun lalu yang mencapai $2,4 juta, sedangkan jumlah utang INDR sendiri pada 2018 ini meningkat drastis, dan parahnya bunga utang yang didapat semakin tinggi. Tahun ini INDR mencatatkan utang bank jangka pendek sebesar $42 juta, naik drastis dari akhir 2017 yang hanya $32 juta. Kita tidak perlu mengkhawatirkan utang jangka panjang INDR karena memang turun lumayan dari $225 juta menjadi $206 juta.
Dan seperti yang saya sebutkan tadi, bunga utang yang diperoleh lebih besar dibandingkan tahun lalu dimana tahun ini bunganya berkisar antara 2,33%-5,13% per tahun sedangkan tahun lalu hanya berkisar antara 1,7%-3,9%. Jadi sepertinya masih ada banyak bunga utang yang harus dibayarkan oleh perusahaan pada kuartal-kuartal berikutnya yang otomatis akan menggerus laba perusahaan. Dan karena hal seperti ini yang menyebabkan saya pribadi hilang selera untuk invest di INDR ini yang seolah-olah fundamental perusahaannya jadi tampak bagus sehingga bisa mengecoh para investor seandainya kita tidak meneliti lebih jauh.
Dan tampaknya untuk tahun 2018 ini laba INDR ini gak akan sebesar yang dibayangkan oleh para investor akibat laporan kuartal I nya yang luar biasa bagus. Ditambah lagi, apabila kita sempat membaca laporan tahunan tahun 2017, INDR sendiri hanya menargetkan laba bersih 2018 sebesar $15 juta, dan parahnya berdasarkan historis sebelumnya, target ini jarang sekali tercapai oleh manajemen. Dan anggaplah misalnya kita masih optimis INDR ini menjadi bagus dan target $15 juta tadi tercapai, tetap saja ROE perusahaan hanya 5%, dan di harganya yang sekarang sekitaran 3700an, maka harga ini sudah merupakan harga wajarnya INDR, jadi INDR harusnya gak akan naik lebih dari 4000 kedepannya. Dan apabila nanti justru malah naik, maka belum bisa dikatakan bahwa kenaikannya ditopang oleh fundamental perusahaan yang sebenarnya.
Jadi, sebaiknya kita mencari perusahaan undervalue lain dengan prospek cerah, lebih predictable dan lebih menarik dari INDR ini, dan masih ada banyak saham-saham berprospek lain yang nanti akan kita bahas. Saya pribadi sepertinya akan melepas INDR ini, karena kemaren sempat beli di harga sekitar 2900-3300, karena setelah membanding-bandingkan laporan keuangan perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya, INDR ini banyak terdapat akun-akun yang nilainya janggal karena berubah drastis pada setiap kuartalnya sehingga laba akhir tahun perusahaan tidak dapat diprediksi. Dimana biasanya pada awal-awal tahun hingga tengah tahun LK perusahaan tampak bagus, tapi pada kuartal berikutnya semakin jelek dan jelek. Ditambah lagi, walaupun telah membaca berkali-kali laporan keuangan, gugling kesana kemari, baca materi public expose dll, tetapi saya tetap entah mengapa tidak mengerti dengan bisnis yang mereka jalani, terutama keterkaitan bisnis INDR dengan anak perusahaan dan induknya. Terkesan belibet, dan hal ini menambah keraguan saya terhadap INDR ini, walaupun nanti justru harganya malah terbang (karena memang dari LK Q1 nya ini perusahaan sekilas terlihat sangat murah dan sangat bagus prospeknya), maka diperlukan kewaspadaan pada laporan keuangan INDR berikutnya. So, seandainya pada kuartal 2 nanti INDR ini masih sebagus seperti saat ini, maka INDR bisa menjadi pilihan saham undervalue dengan potensi besar kedepannya.
sekarang terbukti anda salah. entitas asosiasi rugi makin kecil di q2 dan berubah jadi profit lebar di q3. Coba lihat ROE saat ini melonjak gila2an. Dipotong dana masuk lewat divestasi pun ROE masih luar biasa. Sedangkan soal hutang hamper 50% nya adalah hutang usaha yg ga ada bunganya. Terbukti pengaruh kenaikan bunga tidak berpengaruh banyak pada kinerja perusahaan dilihat dari LK terakhir
ReplyDeleteWah, Anda betul, bahkan di luar divestasi pun RoEnya masih luar biasa sehingga sekarang harganya terbang :)
DeleteSebenarnya PTIP adalah strategi INDR mengamankan bahan baku. Ceritanya daripada impor PTA yg biaya shipingnya aja sudah beberapa kali lipat NPM, lebih baik rugi beberapa tahun (2011-2017) membeli pabrik PTA yg sudah ditutup untuk pelan2 bisa di efesiensi kan. Sejak tahun 2018 PTIP sudah mengoperasikan captive power plan sehingga menambah kapasitas produksi hingga hampir 2x.
ReplyDeleteSelain PTA, Mungkin bahan baku lain, MEG, akan diproduksi sendiri oleh group Indorama. Kemungkinan INDR tidak akan telibat, Tapi akan diserahkan pada Indorama Glycol Indonesia yg baru berdiri 2018 dengan proyek gasifikasi batubara.
Berbeda dengan cara meningkatkan kapasitas produksi, memotong biaya bahan baku INDR akan sangat berpengaruh significant terhadap net profit bisa sampai ratusan-ribuan persen, karna akun2 beban lain tidak berubah disebabkan karena jumlah produksi sama.
DisclaimerAll content material on this web site, including dictionary, thesaurus, literature, geography, and other reference data is for informational functions solely. This data should not be considered full, updated, and isn't supposed for use rather than a visit, session, or advice of a legal, medical, or some other skilled. High-limit slots may be discovered on both the Times Square level and 솔카지노 Fifth Avenue level.Make certain examine out|to take a glance at} our Video Poker Parlor situated on the Fifth Avenue Level. By joining this subscription program you authorize Hipcricket to ship you future automated marketing text messages on behalf of MGM Grand Las Vegas on the cellular quantity you've have} offered. You also acknowledge that your settlement to obtain these messages isn’t required as a situation to buy goods or services.
ReplyDelete