Wednesday, May 30, 2018

PBID - Potensi di balik bisnis kantong plastik


Kalau Anda sering berbelanja di pasar tradisional, seharusnya Anda tidak asing dengan penampakan gambar di atas. Mungkin jarang dari kita yang memerhatikan barang yang saya lingkari dengan garis merah, karena memang terkesan sepele. Ya, barang yang saya maksud di atas adalah kantong plastik. Ketika berbelanja, baik di pasar tradisional, minimarket atau bahkan supermarket, konsumen memang akan lebih fokus terhadap barang apa yang dibeli, berapa harganya, dan ketika belanjaan dibungkus pun biasanya kita lebih fokus menghitung uang kembalian atau mengecek struk belanjaan. Termasuk saya sendiri, walaupun sejak kecil sering menemani Ibu belanja ke pasar tradisional, dan terlebih lagi setelah berkeluarga dimana setiap minggu menemani istri ke pasar, tidak pernah sekalipun terbersit di pikiran saya untuk mencari tahu atau memerhatikan kantong plastik atau kantong kresek yang diberikan oleh si penjual. Tapi semenjak salah satu emiten plastik yang akan kita bahas ini masuk ke dalam list saham pilihan saya, setiap kali berbelanja di pasar atau bahkan kadang hanya lewat di depan lapak tukang gorengan, saya curi-curi pandang untuk mencari tahu kresek merk apa yang mereka gunakan. Dan ternyata, kantong plastik dengan merk seperti gambar di atas tidak asing lagi di lingkungan kita,

Karena anggapan remeh terhadap bisnis kantong plastik seperti di atas, sangat mungkin juga tidak pernah terpikirkan oleh kita pertanyaan yang mungkin muncul seperti "Berapa sih pendapatan dari jualan kantong plastik doang?". Saya sendiri juga cukup kaget ketika kemaren mengamati Panca Budi Idaman, emiten produsen dan distributor kantong plastik cap Tomat, Bawang, Wayang dll yang produknya tanpa kita sadar banyak beredar di pasar bahkan di dapur kita sendiri. PBID ini mempunyai pendapatan mencapai Rp. 2,1 Triliun dari hanya menjual kantong plastik saja. Belum dari hasil ekspor biji plastik dan produk-produk lainnya seperti sedotan plastik, tali rafia, dus kue dan bungkus nasi. Oke, sounds big. Lalu bagaimana prospeknya?

Sunday, May 20, 2018

Akhirnya JSMR dibawah 4000!

Seperti yang pernah kita bahas panjang lebar disini, JSMR merupakan opsi untuk investasi  di salah satu saham  bluechip, walaupun mungkin dalam 1-2 tahun ini bisa saja JSMR ini gak kemana-mana atau turun lebih dalam lagi (dan harusnya gak bakal jeblok-jeblok amat sampe di bawah 3500) tapi JSMR ini memberikan potensi gain yang sangat lumayan apabila diberikan sentimen-sentimen positif seperti kenaikan tarif tol, dan memang JSMR sangat sensitif terhadap isu ini. 

Seperti yang sudah penulis sampaikan juga, idealnya JSMR dibeli secara repetitif seperti ketika anda habis gajian misalnya, sehingga nanti kita terus melakukan averaging down  sepanjang tahun ini sampai tahun depan. Kemaren penulis juga menyampaikan idealnya JSMR mulai dibeli ketika sudah turun sampai di bawah 4000, dan pada penutupan terakhir JSMR ditutup di 3970. Walaupun sepertinya harganya akan segera rebound hingga di atas 4000 lagi disebabkan investor smart money  akan mulai menyicil saham ini karena harganya saat ini sudah tergolong murah, tapi seharusnya JSMR tidak akan rebound  untuk periode yang lama karena hingga saat ini belum ada katalis untuk memicu kenaikan JSMR ini secara fundamental. Dan kedepan sepertinya JSMR justru malah akan bergerak sideways. 

Jadi, segera  cicil JSMR ini karena akan sangat jarang sekali anda mendapatkan kesempatan  membeli di harga semurah ini, dan selanjutnya berdoa agar tarif tol setelah 2019 nanti segera naik (walaupun juga pasti akan naik, tapi berdoalah agar kenaikannya dipercepat 😬)

Wednesday, May 16, 2018

INDR - Value Trap Indo-Rama Synthetics Tbk?

Indo Rama ini mungkin salah satu emiten yang "terlihat" sangat potensial bagi para value investor dikarenakan PBVnya yang sangat kecil. Saat ini rata-rata harga INDR ini ada di kisaran 3600-3700, dan dengan harga segitu PBV INDR ini masih sekitaran 0,5-0,6 padahal INDR ini sudah naik banyak dari awal mei, tidak lama setelah perusahaan ini merilis Laporan Keuangan (LK) Q1 nya, sahamnya langsung loncat dari 1000an hingga 3000an seperti sekarang.

Yang membuat INDR terlihat sangat menarik adalah, pada LK Q1 2018 nya perusahaan mencantumkan laba tahun berjalan sebesar $13,2 juta, tumbuh 760% dibandingkan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya dimana laba perusahaan hanya $1,5 juta. Pertumbuhan yang sangat luar biasa tentunya, karena apabila perusahaan membukukan laba yang anggaplah sama besarannya tiap kuartal hingga akhir tahun nanti, maka INDR akan mampu mencetak ROE sebesar 16-18%. Dan dengan PBVnya yang tadi dibawah 0,5, INDR ini terlihat sangat menggiurkan, sehingga menyebabkan para investor berbondong-bondong memburu saham INDR ini.

Saya pribadi pun sempat tergiur dengan fundamental INDR yang sejak 2018 ini tampak sangat bagus. Tapi apabila kita telisik lebih jauh di laporan laba-rugi perusahaan, laba operasi INDR ini sebenarnya hanya tumbuh 28%. Walaupun terbilang cukup lumayan, tapi tetap belum sebanding dengan pertumbuhan laba bersihnya yang mencapai 760% tadi. Jadi akun apa yang menyebabkan INDR ini tumbuh drastis labanya? Mari kita simak laporan laba rugi INDR berikut.

Tuesday, May 8, 2018

CITA - Pemain Tunggal Smelter Grade Alumina

Sektor tambang selain batubara dan minyak bumi mungkin tampak kurang menarik di mata kebanyakan para pemain saham di Indonesia. Bagi saya sendiri bahkan terkadang "lupa" bahwa di IHSG ada banyak emiten lain yang juga tergolong sektor tambang selain batubara. Memang sejak dulu emiten-emiten saham batubara lebih diminati, ketika harga batubara memulai tren naik, maka para investor dan trader tanpa dikomando segera memburu emiten-emiten batubara, ketika harga batubara mulai turun, para investor segera berbondong-bondong angkat kaki. Mungkin karena jamak tertanam dibenak para investor dan trader bahwa bisnis batubara bisa dibilang bisnis paling "mudah" dari segi pengolahan, tidak perlu banyak proses yang membutuhkan bahan baku lain yang diperoleh dari pasar domestik atau bahkan diimpor dari luar.

Salah satu bisnis tambang yang mungkin agak terpinggirkan tapi sebenarnya sedang memiliki prospek yang cerah adalah Bauksit. Hal ini karena alumunium yang bahan bakunya bauksit, harganya sedang dalam tren naik, bahkan lebih dulu memulai tren kenaikannya dibandingkan batubara. Puncaknya pada agustus 2017 lalu dimana harga acuan alumunium di London Metal Exchange tembus $2000 per ton, dan hingga sekarang harganya stabil antara $2000-$2500 per ton.

Saturday, May 5, 2018

Catatan dan tips investasi di masa bearish

Merupakan sebuah self reminder bagi penulis pribadi, apa yang harus dilakukan ketika IHSG sedang mengalami bearish seperti saat ini dimana IHSG sudah rontok dari puncaknya sekitar 6500an pada februari lalu sampai di bawah 5800 akhir minggu ini. Biasanya ketika IHSG sedang koreksi, bisa berlangsung berbulan-bulan, terakhir seperti masa koreksi pertama yang penulis alami ketika baru memulai investasi saham pada 2015 silam dimana setelah bullish sepanjang 2014, IHSG mulai tren penurunannya pada april yang berlanjut hingga september. Setelah itu IHSG mulai rebound, walaupun baru memulai tren bullishnya lagi pada Q3 2016. Jadi pada waktu itu tren penurunan IHSG berlangsung selama 6 bulan.

Dan akan berlangsung seberapa lamakah koreksi IHSG sekarang?