Sunday, December 6, 2020

ENRG bangkit dari kubur. Masih bisa naik?

ENRG sudah pernah kita bahas disini pada Agustus tahun lalu dimana ketika itu harganya masih 50an. Dan baru satu tahun lebih kemudian akhirnya ENRG ini mulai naik bahkan sudah hampir 2 kali lipat hanya dalam 2 minggu. Kenapa si ENRG ini bisa naik signifikan? Apakah masih bisa terus naik hingga tembus 100 perak? Kalau baru masuk di harga sekarang apakah beresiko?


Sunday, September 27, 2020

MNCN Kelewatan murah!

MNCN pada Agustus lalu baru saja melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu alias private placement sebanyak 600 juta lembar saham. Pembelinya yaitu Scotts Capital dan dilakukan di harga 855 sehingga MNCN akan mengantongi dana segar sekitar 513 Miliar. Nah, karena sejak awal September ini MNCN terus turun hingga kemaren mentok di harga 705, yang berarti bahwa kalau kita masuk ke MNCN sekarang, berarti kita mendapat harga yang jauh lebih murah dari harga beli oleh Scotts pada private placement lalu. Apakah di harga sekarang MNCN merupakan peluang? Dan bagaimana jadinya valuasi MNCN setelah private placement?

Lo Kheng Hong yang beberapa waktu lalu memborong saham BMTR, holding dari MNCN.
image source: CNBC

Monday, August 31, 2020

Ayo belanja di Supra Boga Lestari!

Awalnya penulis ingin membuat tulisan tentang prospek MNCN, terutama setelah induk usahanya yaitu BMTR belakangan menjadi sedikit heboh karena investor kawakan Lo Kheng Hong diketahui memiliki saham BMTR dengan porsi kepemilikan lebih dari 5%. Akan tetapi ketika kemaren penulis bersama istri dengan terpaksa harus berjalan-jalan ke Mall untuk membeli sesuatu, penulis melihat salah satu supermarket yang kondisinya cukup ramai pengunjung. Kebetulan karena memerlukan sesuatu penulis akhirnya mampir ke supermarket tersebut dan sempat berkeliling didalamnya. Supermarket tersebut juga cukup nyaman dan ada sedikit sensasi hiburan ketika berkeliling didalamnya melihat barang-barang yang dijajakan ditata begitu rapi dan menarik. Apa nama supermarketnya? Supra Boga Lestari.

Farmers Market. Supermarket milik PT. Supra Boga Lestari Tbk
source image: bintarojayaxchange.com

Friday, August 21, 2020

Saham Super Murah LPCK

Prinsip dari value investing adalah membeli saham dengan harga semurah mungkin yang karena saking murahnya sangat kecil kemungkinan bagi saham tersebut untuk dihargai lebih murah lagi, dengan kata lain resiko rugi (downside) dari investasi di saham tersebut sangat kecil. Sebaliknya, saham tersebut memiliki potensi untuk dihargai jauh lebih tinggi (upside) dibandingkan nilainya sekarang. 

Jadi tugas seorang value investor adalah mencari saham-saham yang memiliki kedua kriteria di atas. Kriteria pertama biasanya ditemukan apabila pbv dari saham < 0.3 kali. Dan saat ini ada banyak saham-saham di BEI yang memenuhi kriteria ini, sehingga bisa dibilang sahamnya sudah ga mungkin turun lagi karena sudah super murah (asalkan perusahaan gak bangkrut aja) jadi resiko downsidenya terbatas. Kemudian tugas berikutnya dari value investor adalah mencari saham yang super murah tapi juga memenuhi syarat kedua, yaitu memiliki potensi untuk dihargai jauh lebih tinggi. Dan salah satu saham yang menurut penulis memenuhi kedua kriteria di atas adalah LPCK alias Lippo Cikarang Tbk.

Proyek Meikarta yang sempat ramai tahun 2017 lalu 
source: bersapedahan.wordpress.com

Sunday, August 9, 2020

Batubara Lagi! MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk

Batubara lagi? Ya, karena mayoritas perusahaan di BEI saat ini harganya sudah nanggung, mahal gak, murah juga gak. Karena ekspektasi terhadap pelonggaran PSBB, IHSG sudah naik sampai sekarang di level 5100an, alhasil saham-saham bluechip dan second liner juga mulai ikutan naik. Tapi naiknya masih terbatas karena gak ada yang tau Q3 nanti apakah perusahaan-perusahaan tersebut beneran jadi positif atau malah tetep rugi dibanding tahun sebelumnya. 

Nah, untuk batubara sendiri karena memang harga batubara sampai saat ini masih berada di level $50an per ton, dan ini berarti harganya tidak jauh beda dibandingkan pas anjlok pada 2016 lalu, maka bisa dibilang badai untuk saham-saham batubara sudah lewat. Karena meskipun angka penderita coivd-19 masih naik terus di seluruh dunia, tapi sudah gak bakal ada cerita lagi negara-negara akan menerapkan lockdown seperti maret-april lalu karena dampaknya terhadap ekonomi terlalu besar. Alhasil mau gak mau saat ini ekonomi harus dibuka tapi dengan protokol-protokol tertentu. Dan sudah pasti industri-industri dan pabrik-pabrik akan beroperasi lagi sehingga kebutuhan listrik akan kembali meningkat sehingga demand terhadap batubara akan pulih.

Saturday, July 25, 2020

Investasi di Saham LUCK?

Beberapa hari terakhir ramai diperbincangkan bahwa salah satu financial planner ternama digugat oleh kliennya karena si klien merasa dirugikan oleh si financial planner. Penyebabnya karena si financial planner yang seharusnya hanya memberikan saran dan nasehat investasi saham tetapi malah ikut memainkan dana investasi si klien. Mending kalau dikelolanya untung, tetapi si klien mengaku justru saat ini dana investasinya malah dalam posisi rugi besar. Jadi bagaimana pendapat penulis terkait hal ini?

Saturday, July 18, 2020

Saham Salah Harga TBLA

TBLA atau Tunas Baru Lampung Tbk ini oleh BEI dikategorikan ke dalam sektor Agricultural berbarengan dengan AALI, SMAR, UNSP, SIMP dan lain-lain yang mayoritas merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit. Jadi biasanya sektor seperti ini memiliki tipikal bisnis yang cyclical, naik turun labanya tergantung dari harga komoditas CPO sehingga apabila harga CPO turun, maka turun pula labanya dan sebaliknya.

Akan tetapi untuk TBLA ini sedikit berbeda, karena perusahaan ini memiliki diversifikasi usaha, selain memiliki kebun sawit, TBLA juga memiliki ladang tebu dengan kontribusi dari sawit 70% dan tebu 30%. Jadi apabila harga CPO anjlok paling tidak kontribusi dari ladang tebu bisa menutupi. Selain itu, perusahaan memiliki industri hulu-hilir dari kedua komoditas tersebut. Jadi di sektor hulu perusahaan memiliki kebun sawit dan tebu, di sektor hilir perusahaan menjual minyak goreng dan gula pasir dengan merek Rose Brand.

Produk hilirisasi berupa minyak goreng dan gula pasir dengan merek Rose Brand dari TBLA

Saturday, July 4, 2020

BULL Saham yang Diuntungkan Karena Covid-19

Belakangan ini penulis mencari-cari perusahaan yang bisnisnya diuntungkan karena pandemi Covid-19, selain dari farmasi, fast-moving consumer goods, dan perusahaan media tentunya, karena sektor ini sudah ketebak akan terimbas positif akibat pandemi. Setelah LK kuartal I keluar pun juga mayoritas perusahaan-perusahaan kompak membukukan penurunan pendapatan, tapi ternyata ketika 24 Juni lalu BULL merilis laporan keuangannya, laba perusahaan naik hampir 5 kali lipat dibandingkan tahun lalu. Sahamnya sendiri ternyata sudah terbang sejak awal mei lalu dari 170an hingga kemaren ditutup di 302, sudah naik 70% lebih. Benarkah prospek BULL ini sebegitu menterengnya sejak Covid-19? Masih bisa naikkah harga sahamnya?

Kapal Tanker BULL Kangean, dibangun tahun 2004 sebagai kapal tangker minyak dengan kapasitas 38 ribu DWT dan panjang 173.9 meters. Kapal-kapal yang belakangan dibeli BULL berjenis Aframax dengan kapasitas angkut hingga lebih 100 ribu DWT dengan panjang kapal mencapai 250 meter. Total hingga saat ini BULL memiliki 17 kapal berjenis Aframax 
source image: market.bisnis.com

Saturday, June 20, 2020

Prospek Multibagger Saham Ayam MAIN & JPFA

Dibandingkan dengan perusahaan "ayam-ayam" lain seperti Japfa ataupun Charoen Pokphand, MAIN ini kalah tenar dan kalah jauh secara skala bisnis maupun fundamentalnya. Berdasarkan rilis laporan keuangan Q1 2020 MAIN mengalami penurunan laba bersih -84% dibandingkan tahun lalu. Sedangkan JPFA masih mengalami pertumbuhan pendapatan dan laba, begitu juga dengan CPIN. Lalu kenapa malah bahas MAIN? Apakah prospek MAIN ini masih bagus padahal pada kuartal 1 saja yang ketika itu pandemi belum terlalu berdampak tetapi bisnis perusahaan sudah hancur-hancuran? (CPIN akan kita exclude dari pembahasan, karena valuasinya yang sudah tergolong premium, jadi kita akan lebih fokus terhadap MAIN dan JPFA)

Sunday, June 14, 2020

Bisakah Hidup dari Main Saham? Part 2

Oke, kalau begitu, butuh berapa lama agar aset kita tumbuh cukup besar agar bisa hidup dari saham? Dan berapa pula nilai aset yang dimaksud dengan "cukup besar" tadi?

Sekedar informasi, Warren Buffett memulai investasinya dengan dana $105.100. $105 ribu nya dari orang tua, kerabat, dan teman-teman dari Mr. Buffett, sisa $100 nya modal Mr. Buffett sendiri. Dan Mr. Buffett butuh waktu hampir 10 tahun agar 105 ribu dollar tadi menjadi 1 Juta Dollar. Jadi, selama itu pula kah waktu yang dibutuhkan agar bisa hidup hanya dari saham?

Apabila dihitung, dari tahun 1956 ketika Buffett Partnership berdiri sampai pada tahun 1968 ketika ditutup, Warren Buffett membukukan kinerja rata-rata tahunan 31%, dibandingkan dengan kinerja Dow yang hanya 9.1%. Nah sekarang, silakan ukur kemampuan kita masing-masing dari sejak berinvestasi mampu menghasilkan rata-rata pertumbuhan berapa persen? Mampukah kita menghasilkan kinerja rata-rata 30% setiap tahunnya?

Sunday, June 7, 2020

Bisakah Hidup dari Main Saham? Part 1

Beberapa waktu lalu, salah seorang rekan kantor bertanya kepada Penulis tentang bagaimana cara bermain saham, apa yang harus dilakukan pertama kali dan sebagainya. Hingga muncul pertanyaan dari rekan penulis tersebut, "Bisa gak sih hidup hanya dari main saham?" 
Saya jawab, "Gak bisa" 😀

"Lah yang bener?", dia balik bertanya, "Kan ada banyak orang-orang kerjaannya cuma main saham, gak perlu kerja, kaya lagi" . Penulis jawab, "Ya emang kita bisa hidup kalo main-main doang?". Lalu dia tertawa karena mengira Penulis bercanda, kemudian setelah menjelaskan perlahan-lahan sang rekan tersebut mengerti. Apa yang saya jelaskan?

Saya mempermasalahkan kata "main" pada kalimat tersebut. Coba saja lihat definisi dari "main" pada kamus bahasa indonesia. main/ma·in/ v 1 melakukan permainan untuk menyenangkan hati (dengan menggunakan alat-alat tertentu atau tidak). Ada kalimat "menyenangkan hati" di sana. 

Jadi sekarang dari kalimat yang ditanyakan oleh teman saya tersebut mengandung arti saham sebagai kegiatan yang menyenangkan hati. Analoginya seperti main bulutangkis, ketika hati sudah terpuaskan dan senang ya kita berhenti main bulutangkis, nanti main lagi ketika "pengen". Jika yang Anda lakukan sehari-hari seperti ini, bisakah hidup dari main bulutangkis? Ya gak bisa, toh sekedar main doang. Tapi kalau Anda jadi atlet bulutangkis? Bisa, dan untuk jadi atlet bulutangkis Anda gak bisa dengan bermain-main doang, ada proses latihan dan pembelajaran yang serius, belajar dari kesalahan, kram kaki, keseleo, keluar uang untuk biaya sewa pelatih, lapangan, dan pengorbanan lain yang dibutuhkan.

Jadi gimana caranya biar bisa hidup dari saham? 

Monday, June 1, 2020

Saham Potensi Multibagger: DOID

Saham batubara saat ini sedang tidak menarik, selain karena harga batubara yang tengah anjlok, juga karena hampir semua negara terkena impact perlambatan bahkan kontraksi ekonomi akibat pandemi Covid 19, sehingga permintaan akan batubara sebagai energi bahan baku utama yang dibutuhkan oleh industri-industri, pembangkit listrik otomatis menurun. Dan sampai saat ini masih belum tampak arah kapan akan berakhirnya pandemi ini. Sementara semboyan-semboyan new-normal mulai digaungkan, beberapa negara yang telah mulai membuka aktivitas ekonominya kembali mengalami peningkatan jumlah positif Covid-19, sehingga semboyan new-normal tadi masih akan membutuhkan waktu untuk dapat diadaptasi oleh pelaku industri. Dan apabila seandainya new-normal berhasil diadaptasi, tetapi secara nilai ekonomi tidak akan pernah sama lagi seperti sebelum masa pandemi. Terkecuali apabila vaksin atau antivirus dari Covid-19 ini segera ditemukan, maka waktu yang dibutuhkan agar ekonomi dapat pulih lagi lebih cepat.

Pandemi ini juga mengharuskan kita para investor untuk lebih berhati-hati dalam menganalisis bisnis yang akan kita pilih. Selain harus meneliti prospek industri perusahaan tersebut setelah pandemi, maka perlu diperhatikan juga resiko hutang yang dimiliki. Dari segi industri, maka sebenarnya prospek industri batubara kedepannya masih bisa dibilang positif, meskipun permintaan China akan batubara berangsur-angsur menurun, saat ini ada banyak negara berkembang yang menjadi pendorong utama menggantikan permintaan China, seperti negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Meskipun saat ini permintaan akan batubara menurun karena memang roda industri di masing-masing negara tersebut dipaksa melambat, tapi dalam jangka menengah-panjang, batubara tetap masih akan dibutuhkan sebagai komoditas pembangkit energi di negara-negara berkembang tadi yang belakangan industrinya tumbuh sangat cepat. Dan pandemi ini bukan berarti akan menghentikan prospek tadi, tapi hanya menunda sebelum nanti keadaan berangsur pulih.

Apabila pada tulisan sebelumnya kita membahas tentang PT. Bukit Asam Tbk, yang fundamentalnya cenderung lebih solid, kali ini kita akan membahas salah satu operator tambang batubara, yaitu Delta Dunia Makmur, yang harga sahamnya terus turun dari puncaknya awal 2018 pada harga 1100an sampai mentok di 90an pada market crash Maret 2020 kemaren dan sekarang cenderung adem di 120-130an. Dibandingkan dengan PTBA yang sahamnya hanya turun setengahnya dari puncaknya pada 2018, DOID sudah turun seperseluh dari harga puncaknya. Dan jika PTBA kemungkinan besar masih akan membukukan laba (walaupun pasti tergerus) pada tahun ini, bagaimana dengan DOID? Apakah cocok menjadi pilihan saham multibagger yang potensi profitnya bisa berkali-kali lipat lebih besar dibandingkan PTBA?

Saturday, May 9, 2020

Saham Potensi Multibagger: PTBA

Ketika beberapa waktu lalu China melakukan lockdown kemudian tidak lama diikuti oleh hampir semua negara-negara industri besar lainnya, permintaan terhadap komoditas seperti minyak, gas, dan batubara menurun drastis sehingga harganya kompak turun semua. Dan sudah menjadi rahasia umum, bahwa saham-saham komoditas menjadi pilihan favorit para investor di Indonesia, terkhususnya batubara, karena ada lebih banyak perusahaan batubara di Indonesia yang listing di bursa efek saat ini dibandingkan perusahaan minyak dan gas. 

Nah, karena harga batubara sendiri kemaren sudah anjlok bahkan mencapai titik terendahnya sejak lebih dari 10 tahun lalu, maka dapat dipastikan pada tahun 2020 ini perusahaan batubara di Indonesia akan membukukan penurunan laba yang signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dan bahkan karena harga sahamnya sendiri sudah turun lebih dulu karena crash maret lalu, saat ini ada banyak saham batubara yang sangat murah beberapa bahkan pbvnya saat ini dibawah 0,5. Akan tetapi perusahaan yang akan kita bahas berikut walaupun saat ini pbvnya bahkan tidak sampai di bawah satu kali, tapi tetap memiliki potensi profit berkali-kali lipat. Perusahaan ini sempat dibahas sekilas pada 2018 lalu di sini dan ketika itu memberikan profit yang cukup lumayan bagi penulis. Apa perusahaannya? 

Sunday, May 3, 2020

Saham Potensi Multibagger: PTPP

Pada tulisan sebelumnya kita sudah bahas singkat bagaimana cara berinvestasi di masa krisis seperti saat ini. Salah satu opportunity yang hadir yaitu banyaknya saham-saham super murah yang bisa memberikan profit berkali-kali lipat ketika ekonomi dan pasar pulih nanti atau biasa disebut saham multibagger. Ciri-cirinya juga sudah disebutkan dimana biasanya saham multibagger memiliki Pbv < 0,5 dan Per < 10, selain itu perusahaannya adalah perusahaan ternama, punya market share yang dominan dalam bisnisnya, ataupun perusahaan yang cyclical yang ketika bisnisnya pada masa lalu berada di puncak maka labanya naik pesat sehingga mengerek fundamental dan harga sahamnya.

Apabila kita urut nilai Pbv saham-saham saat ini mulai dari Pbv terendah hingga tertinggi (maksimal 0,5), maka dengan hanya melihat sekilas nama-nama saham yang ada dalam list tersebut, kita akan menemukan perusahaan yang sangat tidak asing ini, yang biasanya dihargai paling tidak 1 kali ekuitasnya pada kondisi market normal, tapi saat ini bahkan Pbvnya hanya 0,3! Perusahaannya tidak lain adalah PTPP.

Thursday, April 23, 2020

Strategi Ketika Krisis

Dalam tulisan sebelumnya kita sudah membahas bahwa market sebenarnya sudah megap-megap sejak tahun 2018. IHSG sudah mencapai puncaknya ketika januari 2018, sempat ada koreksi lalu naik lagi dan sepanjang 2019 ihsg berada di range 6000an. Tapi selama 2019 IHSG juga tidak pernah naik lebih tinggi lagi, karena memang saat itu rasanya bursa sudah kemahalan dimana salah satu tanda-tandanya adalah kita kesulitan menemukan saham undervalue.

Hingga kemudian pada maret ini pasar turun begitu cepat dikarenakan oleh pandemi Covid-19 hampir di seluruh negara, yang mengakibatkan kekhawatiran investor terhadap krisis global yang akan terjadi kedepannya. Titik terendah IHSG sampai dengan saat ini yaitu pada akhir maret lalu yang harganya bahkan di bawah 4000 dan tidak ada yang tau apakah masih akan ada titik terendah lainnya dalam beberapa waktu ke depan sampai krisis mereda dan ekonomi pulih kembali.

Berkaca pada krisis-krisis yang pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2008 dan 2015, biasanya koreksi pasar berlangsung selama setahun penuh yang menyebabkan IHSG bergerak sideways, dan pasar baru pulih pada tahun berikutnya. Krisis saat ini bisa dibilang lebih parah dibanding krisis tahun 2008 dan 2015 lalu karena cakupannya global dan tepat menghantam aktivitas consumer spending, dimana masyarakat diam di rumah saja, tidak pergi kemana-mana, belanja pun hanya kebutuhan pokok untuk bertahan hidup sehingga menyebabkan kontraksi ekonomi, uang tidak berputar, dan ini dampaknya sudah bisa kita lihat langsung di sekeliling kita dimana pekerja-pekerja informal tidak lagi mendapatkan pemasukan, perusahaan mulai memotong gaji karyawan bahkan melakukan PHK, dan sebagainya.




Dengan melihat kondisi real belakangan, sangat mungkin bahwa krisis tahun ini bisa membuat pasar pulih lebih lama. Pasar baru akan pulih setelah investor benar-benar yakin bahwa krisis telah reda dan dikonfirmasi dengan laporan keuangan perusahaan perusahaan yang mulai membukukan pertumbuhan lagi. Jadi bisa dibilang bahwa investor punya waktu paling tidak satu tahun dalam mempersiapkan mental, strategi dan analisis yang matang sebelum memutuskan membeli saham. Dan apa strategi yang dibutuhkan agar kita sebagai investor dapat memaksimalkan momentum krisis ini dan meraih profit maksimal ketika pasar pulih?

Thursday, March 12, 2020

Susahnya menjadi Value Investor


Apa susahnya menjadi value investor?

Tugas seorang value investor sangat sederhana, sesederhana quotes termasyhurnya Warren Buffett di atas, "Jadi lah tamak ketika orang lain ketakutan, dan takutlah ketika orang lain tamak". Jika konteksnya dikaitkan dengan bursa saham, belilah saham ketika orang-orang lain tidak mau beli saham, dan jual ketika orang-orang lain tengah euforia sehingga tidak mau menjual sahamnya. As simple as that!

Dan ketika IHSG tengah crash sejak awal februari lalu, dimana sampai dengan kemaren performanya sudah ambruk hingga -22% dari posisi 6.283 pada awal tahun, maka seharusnya pada masa inilah seorang value investor justru tersenyum lebar karena waktunya berburu saham-saham incaran di harga yang sangat murah. Disaat seperti inilah seorang value investor ibarat menjadi seorang pemburu ganas yang tengah bernafsu ingin menekan pelatuk senapannya karena melihat hewan buruannya tepat berada di depan mata tak berdaya. Tapi apakah benar saat ini kita seperti pemburu tersebut?