Thursday, September 20, 2018

Pelemahan rupiah, perang dagang, dan dinamika ekonomi global lain serta dampaknya terhadap emiten bursa

Kalau diperhatikan, belakangan frekuensi tulisan di web ini sedikit berkurang. Apabila biasanya sebulan minimal ada dua artikel di web ini, tetapi belakangan hanya ada satu atau dua artikel. Selain karena faktor kesibukan di kantor dan juga di rumah sebagai kepala rumah tangga dari sebuah keluarga kecil (ps: saya bukan investor full time), juga karena faktor belum ada sesuatu yang menarik untuk dibahas terkait kondisi bursa belakangan ini.

Tapi, beberapa hari lalu kita dihebohkan oleh media dimana nilai tukar rupiah  terhadap dolar akhirnya sempat menembus angka 15000, dan pasar merespon dengan anjloknya IHSG ke level 5600an. Tidak hanya itu, kemudian di media massa bermunculan rentetan berita dari perkembangan ekonomi global seperti Lira Turki ambruk dan menyebabkan Turki berada dalam krisis (yang ternyata juga memunculkan rentetan krisis di negara-negara berkembang lain), perang dagang AS-China yang mengganggu kondisi perdagangan global, serta mulai bermunculan obrolan di media massa bahwa Indonesia akan mengalami krisis seperti tahun 1998. Ketika pasar didera dengan isu-isu seperti di atas, semua orang sibuk mengamankan investasinya dengan cara menjual portofolio mereka dan memegang cash di tangan yang mengakibatkan harga-harga saham jatuh di semua sektor. Dan seperti yang kita bisa amati, saat ini seolah-olah semua saham tampak murah dan sangat menggiurkan untuk dibeli, Tapi saham mana yang layak dibeli?